Bisnis.com, SERANG— Meski terbilang masih baru, Pondok Pesantren Al Markaz sukses membentuk agro eduwisata, sebuah ekosistem pertanian modern yang menjadi tujuan wisata ilmu pengetahuan.
Pesantren yang terletak di Sambilawang, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten ini memang baru diresmikan pada 2023. Hanya saja, kawasan pesantren Al Markaz ternyata membentuk kawasan agro eduwisata yang modern.
Jika kita memasuki kawasan ini, tidak akan ada yang menyangka bahwa kawasan ini sebenarnya pondok pesantren. Hal itu karena pesantren ini memiliki banyak green house yang ditanami aneka tanaman buah berkualitas premium.
Pengurus Pesantren Al Markaz, Rizki Imam Almaliki menjelaskan Agro Eduwisata Markaz Komobid ini dibangun pada 2022 dan diresmikan pada 2023 Meski usianya masih tergolong muda, Ponpes ini mampu membentuk ekosistem agro edu wisata yang baik.
“Di sini, kita bisa melihat bagaimana sistem pertanian di green house. Kebanyakan yang datang anak sekolah dari TK hingga mahasiswa perguruan tinggi,” jelasnya kepada Tim Jelajah Pesantren Bisnis Indonesia.
Ia mengatakan, kawasan pesantren ini memiliki 14 green house dimana tiga di antaranya menerapkan sistem Internet of Things (IoT). Masing-masing green house ini diisi oleh tanaman buah-buahan dan sayuran.
Baca Juga
“Di sini ada anggur, melon, sampai sayur-sayuran,” ungkapnya.
Tidak main-main, buah yang ditanam di belasan green house ini hampir seluruhnya berkualitas premium. Sehingga, tidak hanya hasil panennya yang menarik bagi wisatawan, tapi juga bibit-bibit tanamannya.
“Kita ada 27 jenis anggur beserta bibitnya. Melon juga kita yang berkualitas premium,” ungkapnya.
Jika beruntung, maka pengunjung bisa juga membeli buah-buahan yang dihasilkan dan memetiknya langsung. Hal itu pula yang diakui Malik, sapaan akrab dia, peluang sekaligus tantangan yang tengah ia hadapi.
Selain itu, di kawasan ini juga terdapat arena outbound serta flying fox. Sehingga pengunjung tidak hanya menimba ilmu pertanian, juga bisa membangun karakter.
Setiap harinya, tidak kurang dari 100 pengunjung datang ke sana untuk belajar sambil bermain. Jika waktu akhir pekan tiba, jumlahnya bisa berkali lipat.
“Kalau [pengunjung] umum itu biasanya akhir pekan datangnya,” ungkap dia.
Ia juga menjelaskan dalam aktivitasnya ini, 95% di antaranya melibatkan para santri. Selain karena ada mata pelajarannya, juga ada penyaluran minat untuk para santri jika memiliki kecenderungan di dunia pertanian.
Sebab, ia menilai saat ini santri sudah harus dibekali dengan pelbagai keterampilan untuk bersaing di dunia luar pascaselesai menimba ilmu di pesantren.
“Karena tidak semua santri bisa memiliki kemampuan untuk langsung meneruskan pendidikannya setelah lulus dari pesantren. Sehingga jika sedari awal dibekali keterampilan, maka kita sedikit agak tenang bahwa santri memiliki kemampuan, walaupun pada kenyataannya tetap kita pantau meskipun sudah lulus dari Ponpes,” jelasnya.