Bisnis.com, TANGERANG — Pondok Pesantren Tahfidz Preneur Pagipon sukses mengembangkan budi daya ikan lele dan nila meski di tengah keterbatasan air di daerahnya.
Pondok pesantren yang terletak di Desa Dangdeur, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Banten ini tak hanya mampu menghasilkan berton-ton ikan setiap musim panen, tapi juga mampu membuat produk turunan dari bahan dasar ikan lele.
Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Preneur Pagipon Maman L Hakim mengatakan, permintaan ikan lele di daerahnya cukup besar. Sehingga sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan bagi pesantrennya.
“Permintaan ikan lele itu sangat besar. Bahkan sekarang itu masih kekurangan. Jadi kita mulai optimalkan potensi dari ikan lele ini,” jelasnya kepada Tim Jelajah Pesantren Bisnis Indonesia.
Meski di daerahnya terbilang kekurangan air, beruntungnya air sumur yang ada di sana bisa dimanfaatkan untuk budi daya lele. “Kandungan PH-nya Alhamdulillah cocok, jadi kita nggak usah tambah-tambah zat lain lagi,” jelasnya.
Maman yang juga Ketua Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren) Kabupaten Tangerang ini sudah merintis budi daya ikan lele sejak 7 tahun lalu. Di lahan seluas 10 hektare ini, ia sudah memiliki puluhan kolam dan akan terus dikembangkan menjadi ecowisata dan pusat budi daya ikan lele.
Baca Juga
Maman menjelaskan, di pesantrennya ini, para santri tidak hanya digembleng untuk menghafal Al quran saja. Tapi juga dididik untuk memiliki jiwa wirausaha.
“Jadi bukan soal ilmu agamanya saja, tapi mereka punya kemampuan di bidang ekonomi juga,” jelasnya.
Selain mampu membudi dayakan ikan, pesantren ini juga membuat produk turunan dari bahan dasar ikan lele. Salah satunya adalah Abon Ikan Lele dengan jenama Laukula. Olahan itu menjadi ciri khas produk santri yang biasa menjadi buah tangan dan di pasarkan di pelbagai acara.
“Laukula ini dari bahasa sunda, lauk artinya ikan, kula artinya saya,” jelasnya.
Selain produk turunan ikan, pesantrennya juga membuat aneka produk bakery dan juga cemilan yang diberi nama Gayemeun, yang artinya cemilan dalam bahasa sunda.
“Kita di bantu oleh para santri di sini, bahkan mereka juga terlibat untuk praktik wirausaha dengan membuat produk-produk ini,” jelasnya.
Ia mengatakan, pertumbuhan aktivitas wirausahanya ini tidak terlepas dari peran banyak pihak. Salah satunya adalah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten yang memberikan fasilitas kolam dan juga budi daya magot.
“Alhamdulillah terima kasih kepada Bank Indonesia yang sudah memberikan kolam, saat ini lima kolam yang ada kami isi dengan hampir 10.000 ikan lele,” jelasnya.
Dalam setahun, minimal pihaknya bisa memanen ikan lele dalam tiga kali siklus. Hanya saja memang, saat ini yang menjadi kendala adalah biaya pakan yang terus naik.
“Pakan itu berat, harganya terus naik, tapi di pasaran itu harga ikan lelenya nggak baik,” jelasnya.
Ia pun berharap, Pesantren Pagipon ini bisa memainkan peran untuk menebarkan kebaikan untuk sesama di lingkungan masyarakat. “Alhamdulillah setiap panen lele ini, masyarakat sekitar juga kecipratan,” jelasnya.
Jelajah Pesantren ini adalah produk jurnalistik dari Bisnis Indonesia yang didukung penuh oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten.