Bisnis.com, TANGERANG—Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten menilai program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang saling tidak terintegrasi menjadi faktor dibalik lambatnya penurunan angka kemiskinan di wilayah ini.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Banten mencapai 658.110 orang pada Maret 2016 atau turun dari periode Maret 2015 sebanyak 702.400 orang. Selang periode Maret 2011-Maret 2016, jumlah penduduk miskin di Banten cukup berfluktuasi.
“Fluktuasi jumlah penduduk miskin di Banten sangat bergantung terhadap laju inflasi di kawasan ini. Dalam beberapa waktu terakhir, inflasi terpantau stabil sehingga hal tersebut berkorelasi positif terhadap angka kemsiskinan,” kata Kepala BPS Banten Agoes Soebeno ketika dihubungi Bisnis, Jumat (22/7).
Dirinya menyebutkan, jumlah penduduk miskin pada September 2013 sempat melonjak tinggi hingga 3,86% dibandingkan Maret 2013 akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Setelah itu, pada Maret 2013, jumlah penduduk miskin sempat mengalami penurunan mencapai 622.840 orang dan kembali naik pada
September 2014-Maret 2015. Sejak saat itu, angka kemiskinan konsisten mengalami penurunan.
Melihat korelasinya dengan laju inflasi, dirinya mengungkapkan peran komoditi makanan cukup signifikan dibandingkan komoditi nonmakanan terhadap fluktuasi jumlah penduduk miskin di Banten. Sebagaimana diketahui, angka inflasi di Banten masih bergantung terhadap komoditas makanan, terutama volatile foods.
Mengacu data Bank Indonesia, inflasi Banten pada kuartal II/2016 terpantau lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu yakni 3,78% (year-on-year/yoy).
Patut dicatat, inflasi pada kuartal II/2015 dan kuartal II/2014 masing-masing mencapai 8,91% dan 8,54%. Capaian inflasi kali ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan kuartal awal tahun ini yakni 5,7%.
“Jika melihat dari data yang ada, sebenarnya pemerintah daerah [pemda] bisa menjadikan itu sebagai acuan. Tetapi yang saya lihat, tiap pemda memiliki programnya masing-masing sehingga tidak ada benang merah atau integrasi dengan daerah lainnya,” jelasnya.
Menurutnya, penurunan jumlah penduduk miskin di Banten pada Maret 2016 lebih banyak dipengaruhi oleh musim panen sehingga nilai tukar petani [NTP] menjadi naik. Untuk September mendatang, ada kemungkinan angkanya akan naik karena terkena lebaran dan tahun ajaran baru,” ucapnya.