Bisnis.com, TANGERANG — Kesejahteraan masyarakat perdesaan di Provinsi Banten mengalami pukulan lebih telak dalam urusan perut dibandingkan penduduk kota selama September 2014 – Maret 2015.
Kondisi itu ditunjukkan dengan kenaikan tingkat kemiskinan di perdesaan sebesar 0,60% menjadi 7,78%. Sementara di perkotaan hanya meningkat 0,29% ke level 5,03%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Bank Indonesia Provinsi Banten membeberkan salah satu penyebabnya adalah perlambatan pertumbuhan triwulan I/2015 dibandingkan triwulan IV/2014 atau secara quarter to quarter.
Kepala BI Banten Budiharto Setyawan menyatakan pertumbuhan ekonomi selama Januari – Maret tahun ini sebetulnya positif sebesar 5,41% (year on year/yoy). Akan tetapi, bila dibandingkan dengan triwulan terakhir tahun lalu justru mengalami kontraksi 0,65%.
Pelemahan permintaan di dalam maupun luar negeri menyebabkan output berkurang. Beberapa sektor yang mengalami ini terutama industri pengolahan dan sektor perdagangan.
"Dibandingkan dengan kota, dampaknya lebih besar ke perdesaan,” ucapnya dalam paparan KEKR BI Banten, Selasa (29/12/2015).
Secara umum tingkat kemiskinan di Banten selama Maret tahun ini 5,90% dengan jumlah penduduk miskin 702.400 jiwa. Apabila dibandingkan dengan tahun lalu maka angka ini mengalami kenaikan. Pada September tahun lalu masih di level 5,51% dengan jumlah penduduk 649.190 orang.