Bisnis.com, TANGERANG - Nilai tukar petani (NTP) subsektor tanaman pangan/padi dan palawija di Provinsi Banten selama November naik paling tinggi dibandingan dengan subsektor lain sebesar 2,87%.
Badan Pusat Statistik (BPS) Banten melansir angka tersebut setara dengan peningkatan NTP 111,97 pada Oktober menjadi 115,19 pada bulan lalu. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) naik lebih cepat daripada indeks harga yang dibayar (Ib).
Kepala BPS Banten Syech Suhaimi menyatakan It bulan lalu tumbuh 3,23% sedangkan Ib hanya melaju 0,34%. "Naiknya IT karena subkelompok padi indeksnya naik sedangkan Ib naik karena indeks konsumsi rumah tangga [IKRT] maupun BPPBM [biaya produksi dan penambahan barang modal] naik," kata Suhaimi dalam paparan data NTP Banten, Selasa (15/12/2015).
Dia menjelaskan untuk It kenaikannya terdorong peningkatan indeks subkelompok padi sebesar 3,39%. Sementara untuk kelompok palawija mengalami penurunan tak seberapa besar hanya 0,09%.
Kenaikan indeks subkelompok padi terpengaruh naiknya harga gabah sebesar 3,39%. Adapun subkelompok palawija indeksnya turun terutama lantaran harga kacang hijau turun 0,09%, ketela pohon susut 0,59%, dan ubi jalar turun 0,92%.
Adapun untuk Ib kenaikannya terdongkrak peningkatan IKRT dan BPPBM. IKRT naik 0,32% sedangkan BPPBM 0,47%. "Untuk BPPBM terpengaruh kenaikan indeks pada lima kelompok," tutur Suhaimi.
Lima kelompok yang dimaksud ialah bibit; pupuk dan obat-obatan; biaya sewa dan pengeluaran lain; penambahan barang modal; serta upah buruh. Sementara kelompok transportasi tercatat turun tipis 0,02%.