Bisnis.com, TANGERANG—Selama triwulan ketiga tahun lalu Provinsi Banten membukukan transaksi nontunai melalui RTGS atau real-time gross settlement bernilai Rp56,64 triliun.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Banten Budiharto Setyawan mengatakan nilai tersebut mengalami pertumbuhan negatif alias lebih kecil dibandingkan pertumbuhan year on year pada triwulan II/2015.
"Pertumbuhan triwulan ketiga sebesar 1,18% (year on year). Periode triwulan sebelumnya sempat tumbuh 6,56% (yoy)," ucapnya mengutip Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional BI Banten, Selasa (5/1/2016).
Adapun untuk volume transaksi, terdiri dari puluhan ribu tepatnya 37.016 warkat. Dengan kata lain terjadi kontraksi 47,80% (yoy). Penurunan ini lebih dalam ketimbang triwulan kedua yang tumbuh negatif 43,35% (yoy).
Nominal transasi RTGS dari Banten ke luar provinsi ini pada Juli - September tahun lalu tercatat Rp30,2 triliun. Nilai ini turun 6,48% (yoy) alias melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,84% (yoy).
Budiharto menjelaskan demikian pula degan volume transaksi yang kontraksi alias turun 47,20% (yoy). Adapun volumenya sebanyak 20.724 warkat atau lebih dalam dibandingkan dengan periode sebelumnya yang turun di kisaran 42,09%.
Sementara itu, imbuh Budiharto, nilai transaksi RTGS dari luar Banten ke provinsi ini naik 3,21% (yoy) jadi Rp22,06 triliun. Angka ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan kedua yang turun 0,33%.
"Untuk volume transaksi ke Banten mengalami penurunan," ujar dia. Penurunan yang dimaksud sebesar 47,27% (yoy) menjadi 14.404 warkat. Penurunan ini lebih parah ketimbang yang terjadi pada triwulan kedua, saat itu baru turun 43,45%.