Bisnis.com, RANGKASBITUNG – Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pasrah menghadapi kekeringan yang dapat menimbulkan gagal panen akibat kemarau panjang yang berlangsung sejak Juni 2019.
"Kita yakin satu pekan ke depan tanaman padi mati karena kekeringan," kata Asnawi, 50 tahun, petani Desa Sukamanah Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Rabu (31/7/2019).
Tanaman padi seluas 1,5 hektare dengan usia tanam antara 20 - 40 hari setelah tanam mengalami kekeringan akibat kemarau panjang.
Saat ini, petani di sini tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi kekeringan karena sebab pasokan air yang mengaliri puluhan hektare sawah dari Sungai Cidengdong juga kekeringan.
"Kita satu-satunya pengairan itu dari sungai. Jika sungai mengering tentu tidak bisa dilakukan penyedotan air ke persawahan," katanya menjelaskan.
Menurut dia, dirinya bersama petani lainnya terpaksa pasrah karena tanaman padi yang siap panen pada bulan Oktober-September mendatang dipastikan gagal panen.
Selama ini, tanaman padi di wilayahnya itu dalam kondisi tidak terawat akibat kekeringan, bahkan tanah di petak-petak sawah terlihat terbelah.
Selain itu, tanaman padi tersebut terdapat tanaman gulma sehingga mengakibatkan padi tidak tumbuh dan mati. "Kekeringan ini kami mengalami kerugian biaya produksi sekitar Rp10 juta dari luas 1,5 hektare," kata Asnawi.
Begitu juga Amin, 55 tahun, petani di Desa Cisangu Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak mengaku pasrah setelah melihat tanaman padi miliknya mengalami kekeringan akibat pasokan air Irigasi Cisangu mengering.
Kekeringan ini, kata dia, tidak bisa dilakukan pompanisasi karena tak memiliki potensi sumber air. "Kami merasa bingung kekeringan ini dapat menimbulkan gagal panen," tuturnya.
Berdasarkan data di Posko Kekeringan Dinas Pertanian dan Perdagangan (Distanbun) Kabupaten Lebak tercatat seluas 2.247 hektare mengalami kekeringan dan terdiri dari seluas 1.538 hektare kategori ringan, seluas 434 hektare sedang dan seluas 282 hektare berat.
Sedangkan, angka tanam hingga Juli 2019 seluas 8.838 hektare. "Kami terpaksa membuka posko kekeringan itu, karena terjadi di 18 kecamatan. Kami tetap mengoptimalkan bantuan pompanisasi bagi areal persawahan yang memiliki potensi sumber air dari sungai maupun embung atau bendungan," kata Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Itan.