Bisnis.com, TANGERANG—Pelaku bisnis di Provinsi Banten mengaku adanya pelemahan bisnis termasuk penjualan barang ke luar negeri selama beberapa bulan terakhir.
Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Wilayah Serang Timur (Hipwis) Mohan menuturkan kondisi tersebut terutama dirasakan pebisnis yang usahanya sudah berlangsung mapan alias bukan pendatang baru.
“Kalau di Cikande, geliat bisnis pabrik yang sudah running well itu rerata mengalami pelemahan,” ucap dia kepada Bisnis.com, Jumat (4/12/2015).
Saat ini terdapat 12 negara tujuan utama ekspor Banten yang selama Januari – Oktober nilainya turun 10,75% menjadi US$5,27 miliar (yoy). “Delapan dari 12 negara turun nilai ekspornya kecuali Jerman, AS, Korea Selatan, dan India,” ucap Suhaimi.
Secara umum ekspor Provinsi Banten selama Oktober mengalami penurunan 2,34% dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi US$689,77 juta. Padahal perolehan pada bulan sebelumnya mencapai US$706,27 juta.
Kendati demikian Hipwis mendapati adanya kontradiksi. Yang dimaksud Mohan ialah di tengah pelemahan penjualan terutama ke luar negeri, tetap banyak investasi baru yang masuk dari China. Tapi mayoritas, imbuhnya, adalah investasi yang tidak berteknologi tinggi.
Investasi yang baru masuk itu juga tidak padat modal. Mereka cukup membeli satu sampai dengan dua hektare tanah dan bisa langsung menjalankan bisnisnya. Bagaimanapun, tutur Mohan, kondisi ini mengindikasikan Banten tetap menarik di mata pelaku industri nonmigas.
“Investasi baru itu memang sih pangsa pasarnya rerata lokal, salah satunya adalah pabrik semacam batu apung,” ujar Mohan.
Catatan saja, selama Januari – Juni tahun ini alias pada semester I/2015 investasi yang masuk ke Banten tercatat Rp17,6 triliun setara dengan 6,8% total investasi yang masuk ke Tanah Air. Nilai ini merupakan akumulasi dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).