Bisnis.com, RANGKASBITUNG – Para petani karet di Lebak, Provinsi Banten, kembali bergairah menggeluti usaha perkebunan karet setelah harga di tingkat penampung naik hingga menembus Rp7.000 per kilogram.
"Kenaikan harga karet itu tentu cukup senang, karena sebelumnya Rp3.500 per kg," kata Yuyum, 55 tahun, petani di Desa Sindangratu, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, pada Sabtu (31/10/2020).
Petani karet Lebak kini cukup bergairah setelah harga naik di tingkat penampung Rp7.000 per kilogram.
Setelah harga membaik, petani kembali merawat perkebunan karet yang sempat ditinggalkan tanpa perawatan, juga ada yang ditebang akibat harga anjlok hingga hanya Rp3.500 per kg.
"Kami hari ini menggarap kebun karet seluas 1 hektare dengan produktivitas mencapai 5 kuintal per bulan. Jika dijual dengan harga Rp7.000 bisa menghasilkan pendapatan Rp3,5 juta per bulan," kata Yuyum.
Katma, 55 tahun, petani warga Desa Sindangwangi Kecamatan Muncang Kabupaten Lebak lega dan senang setelah harga di pasaran melonjak sehingga dapat menggulirkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Sebelumnya, menurut dia, petani di daerah itu bisa melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, membangun rumah, menyekolahkan anak ke perguruan tinggi, dan belajar di pesantren modern dari hasil pertanian karet.
Namun, beberapa tahun terakhir harga karet anjlok sampai Rp3.000–Rp3.500 per kg, sehingga banyak petani beralih usaha sebagai pedagang dan buruh bangunan di Jakarta .
Selain itu, banyak pohon karet ditebang untuk ditanami palawija dan hortikultura dengan alasan perkebunan karet tidak menjadikan andalan pendapatan ekonomi masyarakat.
"Kami tentu cukup gembira harga karet naik dan dipastikan perkebunan karet seluas dua hektare bisa menjadikan andalan ekonomi keluarga," ujar Katma.
Sementara itu, Ujang, 60 tahun, seorang penampung di Kecamatan Panggarangan Kabupaten Lebak mengatakan saat ini harga karet berbentuk lump mencapai Rp7.000 per kilogram dan karet berbentuk sheet Rp25.000 per kilogram.
Harga karet itu, kata dia, naik dibandingkan dua pekan lalu, sehingga petani bergairah kembali untuk merawat dan mengembangkan areal perkebunan karet itu.
Kenaikan harga karet tersebut karena adanya intervensi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk membantu petani di tengah pandemi Covid-19. Oleh Kementerian PUPR, karet petani nantinya dijadikan bahan campuran aspal untuk pembangunan jalan.
"Kami menampung karet itu dipasok kembali ke Lampung dengan bentuk sheet," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan petani karet di Lebak hampir tersebar di 28 kecamatan dan cukup besar dalam menyumbangkan perekonomian masyarakat pedesaan.
Berdasarkan data jumlah areal perkebunan karet di Kabupaten Lebak mencapai 11.200 hektare dan dapat menyerap tenaga kerja lokal sekitar 250.000 orang.
"Kami mendorong petani agar meningkatkan produktivitas dengan dilakukan peremajaan, karena saat ini kebanyakan perkebunan karet sudah usia tua sehingga berdampak produksi juga kualitas," tuturnya.