Bisnis,com, RANGKASBITUNG – Kerupuk emping melinjo Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, berhasil menembus pasar Singapura melalui jasa perusahaan eksportir dari Jakarta.
"Semua produksi kerupuk emping melinjo itu dipasok pasar ekspor," kata Hardi, 50 tahun, perajin warga Desa Banjarsari Kecamatan Warunggunung, dekat Rangkasbitung, ibu kota Kabupaten Lebak, pada Selasa (11/12/2018).
Permintaan pasar negeri jiran itu cukup tinggi karena produk kerupuk emping melinjo Lebak memiliki kualitas juga makanan organik. Selain itu, proses produksinya dilakukan secara tradisional dan tidak menggunakan pengawet.
Keunggulan lainnya, menurutnya, kerupuk emping Lebak asli dari buah melinjo tanpa menggunakan bahan campuran.
Produk kerupuk emping melinjo di Singapura itu bukan hanya untuk konsumsi makanan yang ada di rumah makan atau warung soto, namun bisa dijadikan aneka makanan camilan, seperti rasa strawberry, pedas, manis, dan coklat.
"Kami terus meningkatkan kualitas kerupuk melinjo agar bisa berdaya saing di pasar domestik hingga mancanegara," kata Hardi.
Lilis, 45 tahun, perajin emping warga Desa Padasuka Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak mengaku bahan baku kerupuk melinjo 100 persen didatangkan dari Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang.
Saat ini, harga melinjo sekitar Rp12.000 per kilogram dan setelah diproduksi dalam kemasan dijual Rp60.000/Kg.
Selama ini, produksi kerupuk melinjo, selain memenuhi permintaan pasar DKI Jakarta dan Jawa Barat juga ekspor ke Singapura. "Kami saat ini merasa kesulitan untuk mendapatkan bahan baku melinjo karena belum memasuki masa panen."
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Babay Imroni mengatakan kehadiran perajin kerupuk emping melinjo dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat juga mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Selama ini sentra kerajinan emping tersebar di Kecamatan Warunggunung dan Cikulur.
"Kami terus membina agar pelaku usaha micro berkembang dan mengalami kemajuan, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonom daerah," kata Babay.