Bisnis.com, SERANG - Gubernur Banten, Wahidin Halim, mengaku hari ini mendapatkan banyak pertanyaan dari warga Banten terkait karantina wilayah alias lockdown Jakarta meskipun masih simulasi.
"Pemerintah Provinsi Banten sedang membahas masalah lockdown yang bertujuan untuk mencegah dan memutus mata rantai penularan virus corona (COVID-19). Pemprov Banten membahas masalah lockdown bersama Kapolda Banten dan Danrem 064/Maulana Yusuf," kata Halim, di Serang, Senin (30/3/2020).
Ia menyatakan, karantina wilayah tidak sesederhana yang dibayangkan, tidak sekedar menutup pintu dan tidak sekedar menolak orang yang datang dari luar. Apalagi Banten sudah terintegrasi dengan Jakarta karena sehari-harinya orang Banten cari pekerjaan, cari upah, cari penghidupan ke Jakarta.
"Jadi, Banten-Jakarta itu daerah yang sudah menjadi kawasan yang terintegrasi. Sehingga kita susah untuk memantau pergerakan. Termasuk kulturnya, tradisinya, dan kebiasaannya. Kami sedang cari formulasi. Format bagaimana berhadapan dengan tuntutan dan permintaan masyarakat," katanya.
Tentu, kata dia, harus hari-hati dengan pertimbangan sosial, politik, dan penting pertimbangan ekonomi. Jangan sampai menambah pengangguran baru karena kalau banyak masyarakat yang menganggur, apa yang mau mereka makan.
"Ada tanggung jawab negara di situ!," katanya.
Wahidin menjelaskan, Tangerang disebut "kota komuter" karena orang Tangerang Raya bekerja di Jakarta dan simbiosis mutualisme antara daerah ini.
"Tiap hari, bayangkan! Orang-orang dari Tangerang, Banten, Cilegon sehari-hari berbondong-bondong dengan mobilitas tinggi ke Jakarta. Sehari-hari pulang," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah Provinsi Banten menunggu sejauhmana Jakarta memperlakukan karantina wilayah, menutup pintu bagi warga Banten. Pemerintah Provinsi Banten harus bersiap-siap secara ekonomi supaya tidak punya ketergantungan. Dari segi profesi dan pekerjaan, ketergantungan Banten kepada Jakarta tinggi.
"Posisi Banten juga sama dengan Jawa Tengah. Soal pulang mudik, setiap hari orang Banten pulang mudik. Tidak hanya dari transportasi bus dan kereta api, mereka juga menggunakan motor, lewat jalan-jalan dan gang kecil. Ini tidak bisa dibendung," kata Wahidin.