Bisnis.com, TANGERANG—Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit UMKM di Banten pada triwulan III/2015, resiko yang menyertainya juga ikut bergeliat.
Berdasarkan data Bank Indonesia Banten tingkat resiko kredit UMKM tumbuh dari 3,49% menjadi 3,69%. Sejalan dengan porsinya yang paling dominan, pinjaman ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran pun resiko kredit macetnya besar 3,95%.
Kepala BI Banten Budiharto Setyawan menuturkan persentase itu mengalami peningkatan mengingat non performing loan sebelumnya 3,73%. NPL industri pengolahan juga meningkat dari 2,04% menjadi 2,94%. Tapi sektor keuangan turun ke level 3,76% dari 4,53%.
Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaannya didapati kredit UMKM dominan berupa pinjaman untuk modal kerja pangsanya 75,07% setara dengan Rp22,76 triliun. “Ada pula kredit investasi besarannya 24,93% atau sekitar Rp7,56 triliun,” katanya mengutip Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Banten, Senin (4/1/2016).
Nilai kredit modal kerja tersebut mengalami pertumbuhan 9,89% secara year on year (yoy). Hal serupa dialami kredit investasi bahkan dengan pencapaian lebih baik sebesar 10,89% (yoy).
Peran usaha mikro, kecil, dan menengah sama sekali tidak boleh disepelekan pemerintah daerah. Bisnis di sektor ini potensial menjadi salah satu motor pengentas kemiskinan dan pengangguran. Oleh karena itu penyaluran kredit kepada UMKM perlu mendapat kepercayaan lebih baik lagi dari perbankan.
Catatan saja, sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan, kredit UMKM juga meningkat 10,14% (yoy) pada Juli – September dari 8,16% (yoy) selama triwulan sebelumnya.