Bisnis.com, TANGERANG -- Pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Provinsi Banten pada triwulan III/2015 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya lantaran kekeringan di sejumlah wilayah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Bank Indonesia Provinsi Banten menyatakan, sektor tersebut hanya bertumbuh 14,13% (year on year/yoy). Padahal selama April - Juni pertumbuhannya mampu menyentuh 15,09% (yoy).
Kepala Bank Indonesia Provinsi Banten Budiharto Setyawan mengatakan, produksi padi pada triwulan ketiga tahun ini turun sekitar 10,4% ketimbang triwulan sebelumnya. Kondisi ini terpengaruh fluktuasi cuaca yang sempat kemarau berkepanjangan.
"El nino diperkirakan terus berlangsung sampai Desember atau Januari 2016, sehingga butuh upaya khusus untuk terus dilakukan instansi terkait," tuturnya dalam paparan KEKR BI Banten, Rabu (16/12/2015).
Puso padi sawah selama Mei - Agustus bahkan mencapai sekitar 8.000 hadengan puso. Adapun yang terbesar berada di Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang. Sementara padi ladang dalam Angka Ramalan (Aram) II/2015 turun sejumlah 24.000 ton (yoy).
Sementara itu, untuk subsektor perikanan, produksi ikan turun pada triwulan III/2015. Gelombang yang tinggi di perairan Selat Sunda bagian utara selama beberapa pekan pada September membuat produksi ikan sempat turun. Namun, di perairan Selat Sunda bagian selatan tetap dapat menghasilkan tangkapan cukup banyak meski sedang gelombang tinggi disertai tiupan angin kencang. Tangkapan yang dihasiilkan seperti tuna, layur, kakap, dan cumi.
Budiharto menyatakan, secara umum sejalan dengan perlambatan pertumbuhan, penyaluran kredit korporasi ke sektor pertanian turun signifikan sebesar -42% secara year on year.
"Penurunan juga terjadi pada harga jual dan kapasitas produksi," tuturnya.