Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tertekan di Asia, Rupiah Terapresiasi pada Hari Keempat

Nilai tukar rupiah berhasil melanjutkan apresiasinya hingga akhir perdagangan hari keempat berturut-turut, Senin (15/1/2018), sejalan dengan penguatan mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berhasil melanjutkan apresiasinya hingga akhir perdagangan hari keempat berturut-turut, Senin (15/1/2018), sejalan dengan penguatan mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 0,16% atau 21 poin di Rp13.332 per dolar AS. Pagi tadi, rupiah dibuka dengan apresiasi sebesar 34 poin atau 0,25% di posisi 13.319, setelah pada perdagangan Jumat (12/1) berakhir menguat 0,35% atau 47 poin di posisi 13.353.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.317 – Rp13.342 per dolar AS.

Sementara itu, mayoritas mata uang lainnya di Asia menguat, dipimpin renminbi China sebesar 0,55%, yen Jepang dengan 0,44%, dan ringgit Malaysia yang terapresiasi 0,42%.

Di sisi lain, dolar Hong Kong terpantau satu-satu yang terdepresiasi meski dengan pelemahan hanya 0,01% pada pukul 17.04 WIB.

Dilansir Bloomberg, mata uang emerging markets di Asia menguat di tengah aliran dana masuk ke dalam kawasan tersebut serta pelemahan dolar. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau lanjut melemah 0,58% atau 0,524 poin ke level 90,450 pada pukul 16.53 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun tipis 0,08% atau 0,075 poin di level 90,899, setelah pada perdagangan Jumat (12/1) berakhir melorot hampir 1% atau 0,878 poin di posisi 90,974.

Dolar melemah untuk perdagangan hari keempat berturut-turut saat para pedagang yang bersikap bearish menambah short position mereka.

Pergerakan dolar juga tertekan apresiasi yen Jepang dan euro. Yen menguat di tengah berlanjutnya spekulasi bahwa Bank of Japan dapat mengurangi stimulus moneternya tahun ini.

Pada saat yang sama, Bank Sentral Eropa (ECB) mengisyaratkan bahwa ekonomi cukup kuat untuk menjamin pengetatan stimulus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper